EKSEKUSI !

Mimpi-mimpi dalam kertasmu hari ini adalah takdirmu di masa depan :)

Minggu, 24 Maret 2013

Reality Show yang Bikin Miris

Benar-benar miris! Saat kita sibuk gembar-gembor angka kemiskinan yang masih membludak di negeri ini, banyak kekontrasan yang ditonjolkan program televisi nasional di negeri ini. Coba tengok berbagai reality show yang semakin menjamur belakangan ini! Apa saja isinya? Rata-rata adalah pemberitaan tentang prilaku konsumtif dan hedonisme di negeri ini.


Hal ini adalah bentuk ketidak dewasaan banyak pihak. Orang-orang dibalik layar dari media-media (televis khususnya) yang diharapkan ikut membawa edukasi sebagai tujuan media masyarakat ini, malah terkesan kurang memikirkna aspek edukasi tersebut. Akibatnya program-program yang bermunculan tidak jauh-jauh dari pembodohan publik belaka.

Mari kita ambil satu contoh, misalnya program yang menawarkan uang dari undian. Hal ini terlihat sepele, banyak yang akan menjawab, toh dia dapat uang dari hasil menang kuis. Ada juga program yang menawarkan uang untuk ibu-ibu yang bisa membawa barang yang diinstruksikan oleh pembawa acara.  Instruksi yang sangat sederhana bahkan cenderung berbau kekonyolan atau undian tersebut bisa mendatangkan uang tidak sedikit dalam waktu singkat dan tanpa harus melakukan usaha banyak.
Ditengah kenyataan bahwa seorang pekerja anak di pasar atau pengamen di jalanan bahkan harus bekerja seharian hanya untuk mengumpulkan uang sepuluh ribu rupiah. Bukankan miris rasanya?




Adapun berita-berita tentang kaum selebritas yang saya rasa lebih banyak sisi negatifnya untuk diberitakan, memperburuk isi media-media kita. Pemberitaan gaya hidup mereka bahkan sampai pemberitaan kehidupan pribadi perlahan menjadi racun bagi masyarakat kita. Pernahkah Anda mendengar seorang anak yang menganianya ibunya sendiri hanya karena tidak dibelikan baju seperti artis idolanya? Atau Anda merasa tidak nyaman dengan perilaku masyarakat yang menjadikan gosip sebagai santapan harisannya? Inilah yang saya maksud.
 
Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan masyarakat yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan saat menyaksikan acara-acara tersebut. Betapa susah payahnya mereka mengumpulkan rezeki tapi betapa gampangnya rezeki tersebut dibuang atau didapatkan cuma-cuma oleh orang lain.

Program-program tersebut tanpa disadari akan menggerus moral masyarakat kita. Kepekaan sosial dan sikap empati adalah beberapa hal 'dianiaya' oleh program-program tersebut. Lebih lanjut, penyebaran kultur konsumtif dan hedonis adalah efek jangka panjang dari 'teraniaya'nya kepekaan dan sikap empati kita. Dan jauh ke depan dampak yang kita hadapi dari akumulasi dampak-dampak itu adalah kemerosotan moral.

Tentunya, butuh sebuah kecerdasan dan tentunya kerjasama dalam menangani masalah ini, agar tidak ada korban baik dari pihak media maupun masyarakat. Media harus lebih peka lagi menghitung dampak yang akan terjadi di masyarakat, bukan hanya memperhitungkan sisi komersial semata.

Mungkin, banyak yang akan berargumen "semua tergantung pada individu masing-masing, apapun yang ia tonton filter dalam dirinyalah yang harus bertindak". Memang benar, reaksi tontonan terhadap tiap orang bisa berbeda-beda. Namun, harus kita akui bahwa masyarakat kita masih memiliki tingkat yang rendah dalam penilaian dan penyaringan informasi. Oleh karena itu, menyerahkan hal ini sepenuhnya pada masyarakat adalah hal yang kurang dewasa. Alangkah lebih baiknya media melangkan lebih dini untuk menyelamatkan golongan masyarakat yang tidak bisa menyaring sebuat tontonan. Bukankan lebih baik mencegah daripada mengobati ? 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar